Faktor Penyebab Air Bag Mengembang
Kantong udara (airbag) merupakan kelengkapan keselamatan
tambahan pada mobil. Fungsi fitur ini kerap dianggap vital sebagai
penyelamat jiwa kala terjadi kecelakaan. Bahkan, banyak konsumen di
Indonesia mempermasalahkan fungsi komponen ini, jika dianggap tidak
efektif bekerja, sampai ke meja hijau.
Sebelum menuntut, ada baiknya konsumen memahami betul fungsi dan bagaimana airbag
ini bekerja ketika terjadi kecelakaan. Faktor apa saja yang menyebabkan
atau membuat kantong harus mengembang. Harus disadari, kalau tidak
semua jenis tabrakan pada mobil menyebabkan airbag mengembang.
Cara paling mudah untuk mempelajari ini sebenarnya dengan membaca
lebih seksama buku manual yang pasti dilengkapi ketika konsumen membeli
mobil baru. Sayangnya, konsumen di Indonesia kerap lalai dan mengabaikan
buku manual ini.
Toyota Fortuner
Kondisi penyebab airbag mengembang bisa berbeda tergantung kondisi, merek, model, serta jumlah dan letaknya. Contohnya, penjelasan terkait airbag diambil dari buku manual Toyota Fortuner 2014.
Sport utility vehicle (SUV) menengah rakitan Karawang, Jawa Barat
ini, dilengkapi dengan fitur dual SRS (Supplemental Restraint System) Airbag. Artinya, ada sepasang airbag, satu di sisi kiri dasbor penumpang depan, dan di dalam setir depan pengemudi.
Dadi Hendriadi, GM Technical Service PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan, SRS Airbag adalah sistem keselamatan berupa suplemen untuk sabuk pengaman. Jadi, alat keselamatan utama tetap sabuk pengaman. “Airbag meningkatkan efektifitas sabuk pengaman dalam menurunkan tingkat fatalitas akibat tabrakan,” jelas Dadi dikutip dari KompasOtomotif, Rabu (17/6/2015).
Dalam buku manual, dijelaskan ada tujuh komponen penting dalam fitur keselamatan ini, yaitu sensor benturan depan, airbag pengemudi, penumpang depan, lampu peringatan SRS, pretensioner sabuk keselamatan, batas tekanan, serta sensor airbag assembly.
Mekanisme Airbag
Airbag akan mengembang bila sensor depan mendeteksi benturan
melebihi ambang batas yang ditentukan. Memang seberapa kuat benturan
tidak dijelaskan dalam satuan ukur. Tapi, kekuatan benturan bisa
disetarakan dengan laju kendaraan dengan kecepatan 20 kpj-30 kpj,
menabrak dinding yang tidak bergerak atau berubah bentuk.
Saat tabrakan belangsung, terjadi reaksi kima dalam inflator mengisi airbag dengan gas tidak beracun sampai mengembung.
Dituliskan juga, ambang batas kecepatan bisa lebih tinggi (dari 20
kpj-30 kpj), jika kendaraan menabrak kendaraan terparkir atau rambu
lalu-lintas yang bisa berubah bentuk ketika benturan terjadi. Ada
probabilitas pada kecelakaan seperti itu, hanya fitur pretensioner sabuk pengaman yang aktif, sedangkan airbag tidak meletus.
Fungsi pretensioner adalah mengeratkan sabuk keselamatan, menjaga
tubuh pengemudi atau penumpang depan tetap menempel pada jok, sekaligus
mengurangi kekuatan benturan jika airbag mengembang. Pretensioner aktif ketika sensor mendapati terjadi benturan, saat itu juga lampu peringatan SRS akan menyala.
Menurut Dadi, pretensioner sabuk pengaman juga digerakan oleh inflator sama seperti airbag, jadi hanya sekali pakai dan wajib diganti bila telah aktif. Perlu diketahui juga pretensioner berbeda dengan retraktor pengunci darurat (Emergency Locking Retractor/ELR) yang akan mengunci sabuk pengaman saat badan tiba-tiba menyondong ke depan.
Benturan Bawah
Selain itu, dijelaskan kalau airbag juga bisa mengembang
jika terjadi benturan di bagian bawah kendaraan. Beberapa contoh kasus
seperti menabrak pinggiran jalan, trotoar, atau permukaan yang keras.
Selain itu ketika mobil terjatuh atau lompat ke lobang dalam lalu
mendarat dengan keras, airbag juga bisa jadi mengembang.
Dalam buku manual memang tidak dijelaskan dengan detail mengapa airbag tidak mengembang dalam kondisi kecelakaan tertentu. Hanya saja diterangkan SRS airbag tidak dirancang bila kendaraan terlibat kecelakaan dari samping, belakang, terguling, atau tabrakan depan berkecepatan rendah.
Comments
Post a Comment